Selama puluhan tahun
dokar atau andong menjadi andalan utama transportasi masyarakat Wonosobo,Jawa
Tengah.Hingga kini dokar masih mendapat tempat di hati masyarakat walau harus
bersaing ketat dengan transportasi mesin,transportasi yang menggunakan tenaga
kuda ini tetap eksis di kota dingin Wonosobo.
Disekitar pasar induk Wonosobo merupakan pangkalan sederet
dokar yang menunggu calon penumpangnya.Para sais biasanya menunggu penumpang sambil
merawat jagoannya “si Kuda”, paling
tidak sais membersihkan kotoran kudanya atau membenarkan sepatu tapal kuda.Sais
merupakan julukan untuk para joki dokar tersebut,atau nama lain dari kusir.
Simbok-simbok atau (ibu-ibu) merupakan pelanggan utama
pengguna jasa transportasi tersebut.Menurut ibu-ibu penggunaan transportasi
rakyat ini bisa menciptakan rasa emosional antara penumpang dan para sais
nya,selain itu kondisi alam kabupaten
Wonosobo yang sejuk menjadikan warga memilih transportasi rakyat ini.
Tarif Penggunaan transportasi dokar di Wonosobo juga
tidak jauh beda dengan transportasi mesin,yaitu Rp.2000 sekali jalan.Jika
membawa barang belanjaan banyak,cukup
membayar Rp.10.000.Walaupun demekian persaingan dengan transportasi mesin ini dampaknya
sangat dirasakan para sais di kota tersebut.Omzet penghasilan rata-rata sais
pun berkurang ,Bahkan banyak sais yang menjual dokar dan kuda nya,karena
penghasilannya yang kurang untuk biaya perawatan kudanya.Dokar pun sekarang
tidak menjadi transportasi utama dikota ini.
Mungkin kini nasib dokar hanya bergantung pada dukungan
Pemerintah setempat.Sekuat apapun para sais bertahan dari derasnya tekanan
transportasi modern,tetapi tanpa adanya dukungan pemerintah.Lambat laun
transportasi yang melegenda di Wonosobo ini akan punah dan tinggal kenangan.
0 komentar:
Posting Komentar